SMA PGRI Sape
Segera Siapkan 5 Ruang Kelas
Bima, Media Investigasi
Potret
dunia pendidikan yang di dambakan pemerintah, tidak tercermin di Kec Sape. Seperti tokoh pendidikan di
Sape, idealnya bisa memajukan dan mencetak
generasi penerus bangsa dan negara yang bisa di andalkan bersama.
Nah untuk
menghasilkan pemuda-pemudi berkualitas harapan bangsa, tentu seiring dengan
pembangunan sekolah, tidak terkecuali lembaga pendidikan swasta. Seperti halnya,
perhatian pemerintah sangat diharapkan dalam pembangunan SMA PGRI Sape, di masa
yang akan datang.
Dari
pantuan Media Investigasi belum lama ini, tidak ditemukan ruangan perpustakaan,
kelas laboratorium, musholah, serta lebih jauh lagi ruang kelas masih jauh dari
kurang, karena murid lebih banyak dibanding kapasitas ruangan KBM.
Sementara fasilitas
ruangan belajar hanya tersedia 9 (Sembilan) kelas. Kedepan katanya, pihak pengelola
sekolah memberanikan diri, untuk memakai dengan menyisihkan sedikit dana bos
dan pihak komite kemudian bekerja keras, untuk melaksanakan pembangunan 24
tiang/pilar cakar ayam yang ukuran 40 cm x 40 cm, dengan tinggi 4 meter.
Rencananya
pembangunan SMA PGRI dengan 2(dua) lantai ini, di perkirakan menelan biaya Rp
700,000,000,-(tujuh ratus juta), dalam bentuk swadaya masyarakat. Dan akan
selesai tiga yang akan dating pada 2018 nanti.
Diakhir
tahun 2014 selama setahun menyelesaikan
pembangunan pagar keliling sekolah, papan bicara nama sekolah dan pintu gerbang
dengan anggaran total Rp 60 juta, bersumber swadaya, dan penyisihan sedikit
demi sedikit dana bos katanya. Menurut pihak sekolah dan komite dengan jujur,
bahwa penerapan dari beberapa sumber dana itu, menunjukkan sifat kemandirian, keberanian
dan terobosan yang bisa dipertanggungjawabkan kepala sekolah SMA PGRI Sape, Junaidy,Spd,
Fis.
Dari
keterbatasan, dengan kekurangan 5(lima) ruangan kelas, maka pihak sekolah dengan
mengsiasati dua kali masuk dalam sehari. Sistim belajar mengajar 2(dua) shif,
dengan terpaksa pihak sekolah menerapkan, pagi dan sore. Idealnya belajar hanya
1 shif di pagi hari, sementara pada sore hari di pakai untuk belajar tambahan atau
ekstrakurikuler.
“...Apa
yang harus di kata? Inilah resiko yang harus berkerja keras demi sekolah, masyarakat
bangsa dan Negara. Sekaligus menjaga amanah orang tua siswa/I, masyarakat dan
pemerintah,” ungkap Junaidy Spd, Fis.
Ia
tambahkan, kepada orang tua siswa, tetap mempercayai, dan tetap lancar membayar
iuran komite, karena inilah sumber pendapatan sekolah, demi kesejahteraan siswa.
(Edi Mulyadin)