10 Persen Lurah Di Tangsel Gaptek -->

Breaking news

Live
Loading...

10 Persen Lurah Di Tangsel Gaptek

Thursday 7 April 2016

Airin Rachmi Diany Walikota Tagsel

Media Investigasi, Serpong- 10 persen dari 54 Lurah yang ada di Tangsel masih gagap teknologi (gaptek) dalam menjalankan aplikasi Sistem Informasi Surat Masuk Keluar (sisumaker) secara eletronik yang sudah diterapkan Pemkot Tangsel selama satu bulan ini.
Data tersebut berdasarkan evaluasi pelaksanaan sisumaker yang diselenggaran Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Tangsel yang dipimpin langsung oleh Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany dan Wakil Walikota Benyamin Davnie, disalah satu rumah makan dikawasan Serpong, Rabu (6/4/16).
“Dari 54 Lurah di Tangsel, tinggal 10 persen yang belum bisa menggunakan sisumaker, salah satu alasannya karena gaptek, dan belum memiliki handphone yang aplikasinya bisa digunakan untuk sistem tersebut,”ungkap Kepala Dishubkominfo Sukanta, disela-sela Rapat Koordinasi Sisumaker.
Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie dalam rapat tersebut menegaskan jangan ada alasan ketidak bisaan para lurah atau belum menjalankan sistem ini karena tidak memiliki handphone (Hp). “Kalau gak punya Hp, bilang ke saya, apa perlu saya yang belikan,”ungkap Bang Ben sapaan akrab Bang Ben didepan peserta rapat koordinasi yang pesertanya merupakan Kepala SKPD, Camat, Lurah se-Tangsel.
Sementara, ditempat yang sama, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany menjelaskan, kali ini pihaknya melakukan monitoring dan evaluasi untuk melihat sejauh mana sisumaker ini diterapkan, dan masalah yang dihadapi, apa solusi terhadap permasalahan dan SKPD mana saja yang sudah serta belum menjalankan.
“Saya selalu menanyakan kepada kepala SKPD tentang implementasi di SKPDnya, dari evaluasi saya secara sekilas ada beberapa SKPD yang sudah jalan dan ada yang belum. Bagi yang sudah, saya sampaikan apresiasi, bagi yang belum, saya minta dengan segera untuk dilakukan tindak lanjutnya,” imbuhnya.
Dia menegaskan, jika ingin maju, mau tidak mau, pihaknya harus berhadapan dengan teknologi. “Kita tidak boleh alergi, malas, merasa “gaptek”, sudah merasa terlalu tua, terhadap teknologi. Mereka yang tidak mau bersentuhan dengan teknologi, sudah harus siap mengalah kepada yang mau belajar dan mau menguasai,”tegasnya.
Dengan teknologi, bisa menghemat waktu, biaya, sumber daya dan bahkan bisa menghemat personil karena teknologi bisa menggantikan peran pegawai. Ini yang telah terjadi di negara-negara maju yang telah memanfaatkan teknologi.
“Saya meminta, sisumaker yang sudah diperkenalkan ini digunakan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sengan sisumaker, kita tidak akan lagi mendengar cerita saya belum menerima suratnya, saya masih diluar kota, sehingga belum bisa menindaklanjuti pekerjaan. Dengan kata lain, seharusnya dengan sisumaker, birokrasi di Tangsel akan lebih efisien efektif, cepat dan responsif,”jelasnya.
Lanjutnya, penyakit utama dari birokrasi adalah ramai diawal, aertinya dalam beberapa waktu setelag launching, seluruh aparat masih menggunakan apa yang baru dilaunching tersebut. Namun seiring berjalan waktu, birokrat Tangsel mulai meninggalkan apa yang telah diusahakan dengan susah payah tersebut.
“Saya meminta, ini tidak akan terjadi lagi,”tegasnya sambil mengatakan dirinya juga meminta tim percepatan IT untuk terus memfasilitasi dan juga ikut memonitoring penerapan sisumaker.(M Abd Rosyid,Tng)