NUROJI DOBRAK BIROKRAT DEPOK, PEMKOT TIDAK NGERTI SENI BUDAYA -->

Breaking news

Live
Loading...

NUROJI DOBRAK BIROKRAT DEPOK, PEMKOT TIDAK NGERTI SENI BUDAYA

Saturday 21 May 2016

Depok, Media Investigasi- Masih dalam rangka ulang tahun kota Depok yang ke-17 (jatuh pada 27 April), pemilik lembaga "Betawi Ngoempoel" tidak ketinggalan mengadakan gelar seni budaya Depok yang diadakan pada Sabtu (14/5/2016) bertempat di Jl. Tanah Baru Depok. Ditemui secara khusus oleh media ini Ir. H. Nuroji, selaku pemilik lembaga "Betawi Ngoempoel", ia juga wakil ketua anggota DPR RI di komisi X bidang Kebudayaan dan Pariwisata, dan sebagai Bendahara Gerindra Pusat, bercerita tentang seni budaya yang ada di kota Depok ini.


Menurut Nuroji, kegiatannya rutin setiap tahun dibuat,  karena ia punya perkumpulan sanggar dibawah naungan lembaga pelestarian adat atau seni tradisi. "Saya punya lembaga namanya " Betawi ngoempoel", dibawahnya ini ada beberapa sanggar seni kebanyakan pencak silat, gambang keromong, wayang kulit, lenong sekitar 15 sanggar secara rutin saya kasih tempat dan fasilitas, tempat penampilan, bersama pengisi acara dan tahun ini kita lakukan pada bulan Mei," terang Nuroji.

Pengakuan Nuroji, "Betawi Ngoempoel" ini dibentuk sejak tahun 2013. Pada gelar seni budaya itu diisi dengan acara pameran seni rupa, lomba mewarnai, kuliner pun ada yaitu makanan jadul seperti dodol, bir pletok, laksa, es selendang mayang, semua yang kaitannya dengan seni budaya. "Kenapa saya ambil lomba qosidah? Karena ini sangat merakyat tidak terlalu rumit dan alatnya juga tidak banyak. Banyak sekali grup qosidah ada lenong gambang keromong nanti ditutup dengan wayang kulit semalam suntuk", jelas Nuroji lagi.

Tentang kesenian Depok sudah lama  Nuroji mengamati tidak ada kegiatan sejak jaman Walikota Badrul Kamal. Terakhir kalinya Nuroji mendengar pimpinan ketua yang lama ini sama sekali tidak ada kegiatan. Dan menurutnya ada kendala di dalam kepemimpinan, sudah satu setengah tahun tidak pernah ada rapat. "Saya tanya setempel pun tidak ada, semua menyalahkan ketua umum, karena bagaimanapun pimpinan yang bertanggung jawab yang terakhir itu, mungkin ada konflik antara pimpinan dan bawahan. Bawahan merasa pimpinan tidak bisa bergerak tidak bisa memandu mereka," ketus Nuroji mantan wartawan itu sedikit geram.

Lebih lanjut Nuroji menegaskan, bahwa upaya pengadaan sarana itu tanggung jawab Pemkot, Nuroji mengakui ia telah mengusulkan kepada Walikota yang baru ini agar gedung kesenian dibuat, dan sudah direspon, dan ada rencana bertempat di GDC (Grand Depok Center). "Itu adalah kewenangan kota, kalau saya tidak mampu membangun itu kan mahal milyaran kalau saya mampu seperti ini, inilah properti saya kalau digunakan untuk kesenian sudah rutin. Tiap tahun bisa dua kali bahkan tiap Minggu ada yang latihan," pungkas Nuroji.

Ir. H. Nuroji berencana akan buat industri pariwisata dengan memadukan budaya Depok. Kalau tanya ke dinas, tentu saja jawabnya pasti tidak ada. Sanggar kesenian yang mereka kenal hanya dua yaitu Ayodya Pala dan di Cilodong. "Kita-kita ini tidak diperhatikan dan tidak mau tahu, saat ultah Depok kemarin kita tidak diundang, ada permainan dikira ada anggaran. Saya kasih sanggar tampil agar tidak dibayar tidak dikasih, pak wali saya maki-maki kenapa bapak buat acara tidak undang saya, maaf pak saya lupa jawabnya," ungkap Nuroji yang juga politisi Gerindra.

Ternyata Nuroji, sedang menyimpan rasa kesal untuk ikut pameran kuliner dan minta stan tidak diberikan. Akhirnya Walikota marah juga dengan dinas birokrat. "Saya bodo amat ada Pemkot atau tidak ada DKD atau tidak saya jalan terus saya tidak punya target jadi apa-apa, jujur saja saya diminta temen-temen mendobrak mereka birokrat birokrat yang tidak mengerti seni budaya ini. Jadi jangan pikir seni itu panggung dangdut, dangdut itu hiburan. Seni itu luas, bukan seni panggung dangdut. Pemerintah kota tahunya itu saja, dinas seni budaya tidak mengerti diajak bersama tidak mau saya mau balance ditolak," ungkap Nuroji.

Kekesalan Nuroji bertambah saat Walikota Depok, Idris Abdul Shomad tidak hadir. Sebelumnya sudah diundang, lewat pesan singkat pun tidak ada jawaban. "Iya, dia ga datang dan tidak ngurus wakil, dan tidak ada penjelasan, itu tandanya dia tidak menghargai saya dan juga seniman seniman. Harapan saya ke depan saya punya komitmen dengan seni senang apalagi seni budaya. Lihat saja ruangan saya nuansa seperti ini. Ada DKD atau tidak saya jalan terus dan tidak punya target apa-apa karena senan Komitmen saya jagain saja, terutama yang tradisi dan tradisi itu artinya bisa dilestarikan dan dikembangkan," tutur Nuroji bernada kesal. (Karmila)