Belajar Bijak Dari Cerita Kudeta Negara Guigea -->

Breaking news

Live
Loading...

Belajar Bijak Dari Cerita Kudeta Negara Guigea

Wednesday 8 September 2021

Jacob Ereste :


Banten - Negara Guinea memang telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup menggembirakan, tapi tidak untuk rakyat. Semua itu sudah berlangsung selama dekade Conde berkuasa berkat kekayaan bauksit, bijih besi, emas, dan berliannya, namun --itu tadi -- malangnya  tidak bisa ikut dinikmati oleh warganya, (8/9).


Itulah tampaknya yang ikut menyulut kudeta yang dilakukan oleh pasukan elit tentara Guinea terhadap pemerintahan Presiden Alpha Conde, Minggu, 5 September 2021.


Klaim Mamady Doumbouya yang mengaku berhasil menggulingkan pemerintahan yang sah terus mrnebar ke seantero jagat. Sebagian orang menyaksikannya sebagai wujud kualat yang nyata, akibat mengabaikan suara rakyat yang dipercaya sebagai suara Tuhan.


Juru bicara Kementerian Pertahanan Guinea langsung menyatakan bahwa pemerintahan Presiden Conde berhasil menumpas pemberontak. Rekaman Video pun disebar untuk menunjukkan Conde yang sedang dikelilingi pasukan militer. Tapi berita Reuters melaporkan keberadaan presiden terguling itu belum bisa dikonfirmasi posisi maupun kkndisinya.


Kontak senjata justru sempat terjadi pada hari Minggu pagi di negara Afrika Barat itu. Meski siang harinya kemudian bisa mereda. Tidak lagi terdengar suara tembakan.


Lalu Doumbouva  muncul di stasiun televisi negara dengan mengumumkan keberhasilannya melengserkan Conde. Berita ini disambut warga dengan turun ke jalan meneriakkan dukungan atas dijatuhkannya Conde. Saksi mata mengaku pada  Reuters melihat truk, pick-up dan kendaraan militer disertai pengendara sepeda motor membunyikan klakson di tengah teriakan massa itu. "Guinea bebas! Bravo," teriak seorang wanita dari balkon rumahnya.


Dari sumber militer diperoleh keterangan yang mengatakan bahwa presiden telah dibawa ke sebuah lokasi yang dirahasiakan dan pasukan yang dikomandani oleh Doumbouya - yang menjadi salah satu sumber rekan dekatnya -- menggambarkan sebagai orang telah melakukan serangkaian penangkapan terhadap mereka yang dianggap beseberangan. Termasuk seorang pejabat senior pemerintah, kata sumber tersebut.


Junta yang telah berhasil merebut kekuasaan, lalu mengatakan bahwa Conde tidak dirugikan, kesejahteraannya dijamin dan dia diberi akses ke dokter untuk memastikan kesehatannya tak memburuk.


Pertemuan para Menteri dan kepala Lembaga Senin pagi di parlemen, telah membuat pernyataan yang dibacakan di lembaga penyiaran negara.


Pernyataan itu menyebutkan bagi yang tidak hadir akan dianggap sebagai pemberontak terhadap CNRD. 


kata kelompok yang diberi nama Komite Persatuan dan Pembangunan Nasional (CNRD). Sementara pemimpin oposisi utama Guinea, Cellou Dalein Diallo, membantah rumor bahwa dia termasuk di antara mereka yang telah ditahan.


Berita tentang negara Guinea bagus menjadi perhatian warga bangsa Indonesia untuk mengaca diri, agar tak terperosok pada lubang yang sama. Utamanya bagi pemerintah Indonesia yang terkesan semakin panik menghadapi beragam masalah. Lalu muncul pula wacana untuk memperpanjang jabatan Presiden menjadi tiga periode. Padahal, hasrat reformasi 1998 dahulu, justru ingin menegaskan jabatan presiden yang mau dibuat seumur-umur itu. Tapi MPR RI yang digenggam Amin Rais yang culas melakukan perubahan ke mana-mana hingga pasal yanv harus melindungi dan harus menjamin kesejahteraan, ikut digadaikan pada bangsa asing.


Relevansi kudeta  terhadap Presiden Guinea dengan Indonesia hari ini, ia bisa menjadi peringatan agar semua pihak bisa mawas diri, tidak terus mengumbar birahi yang abai pada rakyat. Kudeta terhadap Presiden Guinea konon ceritanya pun erat terkait dengan birahi perpanjang masa jabatan Presiden untuk tiga periode dan nafsu menaikkan pajak yang mencekik rakyat. Karena sebelum presiden Guinea dikudeta oleh militer pada hari Minggu, 15 Agustus 202, Presiden Alpha Conde telah membuat ulah yang membuat serangkaian kebijakan yang membuat rakyat marah.


Pada 2020 lalu Conde yang telah menjadi presiden dua periode, lalu mengubah konstitusi yang membuat dia dapat mencalonkan diri kembali pada Pemilu 2020. Dan agaknya,cara ini pun hendak dilakukan oleh Indonesia, kalau saja rakyatnya diam dan membiarkan kerakusan dan ketamakan makin merajalela di negeri kita ini.


Catatan kelam itu terjadi pada Oktober 2020. Presiden Nuigea kembali berkuasa untuk periode yang ketiga kalunya di negerk tersebut.


Kemenangan Conde yang dipaksakan untuk menjadi Presiden ketiga kalinya itu, sudah memicu protes sejak awal proses pemilihan yang direkayasa itu. Maka itu, kaum oposinya semakin marah dan memberang.


Syahdan, soal lain yang membuat Conde pantas  dikudeta oleh militer ini adalah, keculasannya  menaikkan pajak yang mencekik rakyat. Lalu rakyat sadar, bahwa negara itu harus menjalankan ananah rakyat -- utamanya bagi Indonesia -- seperti termaktub dalam UUD 1945 dan Pancasila. Setidaknya, sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat, toh masih relevan.


Kisah Conde yang malang, tidak mustahil berulang di Indonesia dalam cara dan model lain misalnya, bila semua pihak tidak bijak. Utamanya pemerintah. Sebab resah gelisah rakyat, sungguh seperti itu kegundahan dan kecemasan yang terjadi dalam masyarakat.


Jika tak percaya, cobalah sesekali turun dan mendengar keluh kesah rakyat yang jujur -- bukan dari mereka yang berwatak penjilat -- pasti sangat memprihatinkan sekaligus sangat mengerikan. Karena rakyat yang dihajar pandemi Covid-19, semakin tidak berdaya, karena tidak mendapat bantuan yabg maksimal. Jika tak bisa dikatakan justru dijadikan obyekan. (rs/*)