Penampakan hamparan sampah di waduk Jati Gede, jadi Berqah -->

Breaking news

Live
Loading...

Penampakan hamparan sampah di waduk Jati Gede, jadi Berqah

Wednesday 15 December 2021


Sampah-sampah itu terbawa hanyut aliran Sungai Cimanuk, dok istimewa (15/12).


Sumedang - Sejak memasuki musim hujan, kawasan pesisir Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang, dipenuhi sampah. Begini penampakan hamparan sampah di lokasi tersebut, Rabu (15/12).


Sampah yang terdiri dari sampah plastik, sampah rumah tangga, belahan bambu dan bongkahan kayu tampak menumpuk di pesisir waduk. Hamparan sampah itu mengambang akibat terbawa arus sungai.


Menurut informasi dari warga, sampah-sampah itu berasal dari aliran sungai Cimanuk. Sampah itu akan mulai memenuhi daerah pesisir Waduk, setiap memasuki musim hujan.


Meski sampah telah menjadi persoalan bagi keberlangsungan Waduk Jatigede, bagi sebagian warga justru jadi keberkahan tersendiri dengan menjadikannya mata pencaharian. Mereka rela nyemplung ke dalam air saat mencari sampah plastik untuk dijual.


Sebagaimana yang dilakukan Dewi, warga setempat. Aktivitasnya mencari sampah plastik di Waduk Jatigede dilakukan setiap hari.


"Saya keluar cari sampah biasa jam tujuh pagi sampai sore," kata Dewi.


Ia biasa mengumpulkan sampah sisa plastik gelas air mineral, botol plastik dan sampah lainnya. Dalam sehari, ia mampu mengumpulkan belasan kilogram sampah plastik dengan setiap kilogramnya seharga Rp 2.500.


"Sehari lumayan dapat 40 ribu atau lebih, tidak tentu sih," ucap Dewi.


Warga lainnya, Dedi, mengaku dalam sehari rata-rata mampu mengumpulkan sampah plastik sebanyak 45 hingga 70 kilogram. Sampah yang dikumpulkan itu kemudian dijual kepada pengepul.


"Kadang-kadang dapat seratus ribu, kadang kurang dari itu," ucapnya.


Dedi mengatakan sampah plastik akan terlihat banyak jika memasuki musim hujan. Sebab, sampah-sampah itu terbawa hanyut aliran Sungai Cimanuk.


"Kalau musim hujan begini sampah pasti akan banyak, ini sampah dari aliran Sungai Cimanuk," ujar Dedi.


Pembangunan Waduk Jatigede telah direncanakan sejak masa Hindia Belanda. Pembangunan konstruksinya baru dilaksanakan pada 2007-2015. Lalu, pada 31 Agustus 2015, mulai dilakukan penggenangan.


Dalam pembangunan Waduk Jatigede, ada 28 desa yang terpaksa direlokasi. Tidak sedikit warga yang sebelumnya berprofesi sebagai petani, harus banting setir mencari penghidupan lainnya.


Waduk Jatigede memiliki fungsi utama sebagai irigasi dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Irigasinya untuk mengairi 90 hektare lahan persawahan di sekitar Pantura yaitu Majalengka, Indramayu dan Cirebon. Sementara PLTA-nya digadang-gadang menghasilkan daya sebesar 110 megawatt.

(de/*)