Survei INES penerus presiden Jokowi untuk 2024, hasilnya,.. -->

Breaking news

Live
Loading...

Survei INES penerus presiden Jokowi untuk 2024, hasilnya,..

Monday 13 December 2021


Hasilnya menunjukan bahwa kemampuan dan pengalaman tokoh yang diinginkan sebagai Presiden RI setelah Presiden Jokowi adalah tokoh yang mampu memulihkan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, dok. istimewa (12/12).


Jakarta - Indonesia Network Election Survei (INES) mengungkapkan hasil dari survei jajak pendapat terhadap 2.200 warga negara Indonesia yang sudah berumur di atas 17 tahun. Jajak pendapat masyarakat ini untuk mengukur tingkat keterpilihan tokoh sebagai calon kuat Presiden RI Ke-8 dan keterpilihan Parpol pada Pemilu 2024.


"Hasilnya menunjukan bahwa kemampuan dan pengalaman tokoh yang diinginkan sebagai Presiden RI setelah Presiden Jokowi adalah tokoh yang mampu memulihkan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," kata Direktur Eksekutif INES Tri Permadi dalam keterangannya, Minggu (12/12/2021).


Hal ini tergambar dari jawaban 89,3 persen respoden yang menginginkan presiden yang bisa meneruskan program-program Jokowi dan bisa memulihkan perekonomian masyarakat akibat dampak Covid-19 dan sebanyak 5,1 persen menginginkan Presiden yang tegas dan berwibawa, dan sebanyak 5,6 persen tidak memberikan pendapat.


Jajak pendapat ini mengunakan metode survei kepada responden terpilih secara proposional penyebarannya di 34 provinsi, dan pengambilan dan penentuan sample mengunakan metode multistage random sampling. 


Survei dilakukan dengan tatap muka dan melalui sambungan telepon, mulai tanggal 25 November s.d. 7 December 2021. Hasil survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error -/+ 2,1 persen.


Hasil lengkap surveinya sebagai berikut:


1. Hasil survei menunjukan bahwa 74,6 persen masyarakat mengetahui untuk Pemilihan Presiden disyaratkan bagi Pasangan Calon Presiden yang akan maju diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu sedangkan 20,7 persen tidak tahu sama sekali dan sebanyak 4,7 persen tidak menjawab.


"Hal ini menunjukan bahwa mayoritas masyarakat mengetahui dan paham tentang Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum disebutkan 'Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya'," jelas Tri.


2. Dengan mengetahui dan paham tentang mekanisme Pilpres, maka ditanyakan juga kepada 2.200 responden yang tersebar di 34 provinsi secara proposional, dengan pertanyaan tokoh parpol mana yang punya pontensi maju di Pilpres 2024, maka jawaban dari 2.200 responden sebanyak 74,6 persen menyatakan bahwa Ketua Umum Parpol lebih punya kesempatan dan pontensi untuk diusung sebagai Capres. Sebanyak 20,3 persen menyatakan kader parpol dan tokoh non-parpol, sedangkan sebanyak 5,1 persen tidak menjawab.


Hasil survei ini menunjukan bahwa masyarakat menilai Ketum Parpol memiliki kans lebih besar untuk dicalonkan sebagai Capres.


3. Dari nama nama Ketua Umum Parpol yang memiliki kursi di DPR dan kemudian ditanyakan Ketua Umum Parpol mana yang paling dikenal oleh 2.200 responden, hasilnya Megawati Sukarnoputri dikenal oleh 99,1 persen responden, Prabowo Subianto 98,9 persen, Surya Paloh 90,7 persen, Airlangga Hartarto 83,8 persen, Muhaimin Iskandar 70,8 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 67,8 persen, Zulkifli Hasan 54,9 persen, Suharso Monoarfa 21,7 persen, dan Ahmad Syaikhu 10,2 persen.


4. Ketika dilakukan simulasi nama-nama Ketum Parpol kepada 2.200 Responden dengan pertanyaan: Jika digelar Pemilihan Presiden hari ini dari 9 nama Ketum Parpol mana yang akan ibu/bapak pilih, hasilnya Airlangga Hartarto dipilih sebanyak 30,8 persen, Prabowo Subianto 27,9 persen, Megawati Soekarno Putri 9,2 persen, Muhaimin Iskandar 6,9 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 6,7 persen, Zulkifli Hasan 2,1 persen, Surya Paloh 1,7 persen, Suharso Monoarfa 1,1 persen, dan yang tidak memilih 13,6 persen.


5. Hasil Simulasi antara empat Ketua umum Parpol (Golkar, Gerindra, PKB, dan Demokrat) dengan  Tokoh-Tokoh Non-Ketua Umum Parpol yang diketahui dari jejak digital masuk dalam bursa Capres, kemudian ditanyakan secara terbuka diberikan pertanyaan siapa dari tokoh-tokoh tersebut yang akan dipilih jika pilpres digelar hari ini, maka hasilnya Airlangga Hartarto unggul menjadi pilihan publik yang tertinggi dengan tingkat keterpilihan 14,8 persen, Prabowo Subianto 13,7 persen, Ganjar Pranowo 13,1 persen, Moeldoko 6,2 persen, Gatot Nurmantyo 6,1 persen, Puan Maharani 5,2 persen, Anies Baswedan 3,7 persen, Susi Pujiastuti 3,6 persen, Agus Harimurti 3,1 persen, Gibran Rakabuming 2,9 persen, La Nyalla Mataliti 2,7 persen, Muhaimin Iskandar 2,3 persen, Erick Thohir 2,1 persen, Ridwan Kamil 1,8 persen, Sandiaga Uno 1,6 persen, dan yang tidak memilih sebanyak 17,1 persen.


6. Dengan pertanyaan metode tertutup menggunakan kuisioner kepada 2.200 responden dengan disodorkan nama-nama tokoh baik dari klaster Ketum Parpol maupun Non-Parpol, jika pilpres digelar hari ini, maka tokoh yang dipilih oleh para respoden, menempatkan Ketum Golkar Airlangga Hartarto sebagai Bakal Capres yang paling memiliki tingkat keterpilihan paling tinggi dengan dipilih oleh 20,8 persen, disusul Prabowo Subianto 18,1 persen, Ganjar Pranowo 10,7 persen, Moeldoko 6,3 persen, Gatot Nurmantyo 5,4 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 4,3 persen, Puan Maharani 4,2 persen, Susi Pudjiastuti 3,6 persen, Gibran Rakabuming 3,3 persen, Anies Baswedan 3,2 persen, Muhaimin Iskandar 1,8 persen, Erick Thohir 1,6 persen, La Nyalla Mataliti 1,3 persen, Sandiaga Uno 1,1 persen, Ridwan Kamil 1,1 persen, dan yang tidak memilih 13,2 persen.


7. Dari hasil survei jajak pendapat 2.200 responden jika Pileg digelar hari ini, PDI Perjuangan masih menjadi pilihan yang tertinggi dengan tingkat keterpilihan 16,1 persen, Golkar 15,9 persen, Gerindra 15,6 persen, PKB 6,2 persen, Partai Demokrat 6,1 persen, Nasdem 5,8 persen, PKS 4,4 persen, PAN 3,3 persen, PPP 2,2 persen dan PRIMA 2,1 persen, Perindo 1,8 persen, Partai Garuda 1,8 persen, PSI 1,7 persen, Hanura 1,4 persen, Gelora 1,3 persen, Berkarya 1,1 persen, Partai Ummat 0,9 persen, PKPI 0,7 persen, dan yang tidak memilih 11,6 persen. (dw/*)