TWA LEJJA MINIM FASILITAS -->

Breaking news

Live
Loading...

TWA LEJJA MINIM FASILITAS

Thursday 26 May 2016

TWA Lejja Minim Fasilitas
Soppeng, Media Investigasi

Taman Wisata Alam Lejja, Desa Bulue, Kec. Marioriawa, Soppeng cukup dikenal luas masyarakat di Sulawesi Selatan, bahkan warga di luar Pulau Sulawesi pun tampak satu-satu orang meramaikan permandian air panas, yang konon dapat menyembuhkan penyakit kulit dan gatal-gatal.

Sayangnya TWA Lejja yang memiliki potensi ekonomi tidak digarap serius oleh Pemkab Kab. Soppeng. Di sana-sini fasilitas destinasi alam ini rusak sehingga pengunjung kurang nyaman berekreasi bersama keluarga. Mulai kolam pemandian, shelter, pemondokan, baruga, kamar mandi, pusat pembelanjaan tidak teratur.


Lihat saja ketika berada di Jalan Poros Sidrap-Soppeng tidak ada  penunjukkan arah dimana lokasi tempat wisata fenomenal itu, karena papan bicara yang tidak layak dipajang, sehingga pengunjung terkadang nyasar ke tempat permandian air panas tersebut.

Belum lagi infrastruktur jalan menuju Destinasi Lejja sepanjang kurang lebih 30 km dari jalan poros rusak, demikian pula dengan kolam permandian di dalam sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki. Menurut petugas di TWA Lejja, fiber yang dipakai sebelumnya tidak tahan air panas sehingga melepuh.

“Sudah dipesan fiber yang tahan panas, tinggal ditungguh. Saya tidak tau kapan sampainya,” ungkap salah satu petugas penjaga di kamar ganti pakaian,kamar mandi sambil mengatakan sudah lebih satu tahun dipesan, namun belum muncul-muncul.

Soal kebersihan lingkungan permandian, tidak bisa diungkap di sini, soalnya terlalu norak dan jorok, sampah plastik, bekas dari minuman dan makanan pengunjung terlihat berserakan di lokasi  wahana permandian Lejja. Terkesan tidak terurus, dan tidak ada perhatian dari Pemkab Soppeng.

“Pada hari minggu ini, sedikit yang datang, entah kenapa berkurang? Padahal sebelum-selumnya berjubel yang masuk, berdesak-desakan pengunjung,” jelas Anto merasa bingung melihat tamu destinasi Lejja yang terus berkurang yang juga wartawan media ini, Biro Soppeng(15/5). 

Sekedar ditahu, Kawasan Lejja berstatus hukum penunjukkan berdasarkan SK. Menhut No. 636/Kpts-II/1996 tanggal 7 Oktober 1996 seluas 1.265 ha.Ketinggian antara 239 – 398 m dari permukaan laut dengan Keadaan sumber air dijumpai aliran sungai Mario dan aliran air bawah tanah. Sumber air panas dialirkan ke kolam pemandian serta bak penampungan dengan kedalaman yang bervariasi.

Potensi Flora : Kenanga(Cananga odonata), Kemiri (Aleuritas moluccana), Mangga (Mangifera indica), Ketapang (Terminalia catampa), Enau (Arenga spp.) Angsana (Pterocarpus indicus), Kayu Hitam (Dyospiros celebica), Rotan (Calamus spp.), Orchidaceae (anggrek), Ara (Ficus sp)

Potensi Fauna : Kera Hitam (Macaca maura), Rusa (Cervus timorensis), Babi Hutan (Sus vitatus), Rangkong (Rhyticeros cassidix), Musang (Felis bengalensis), Kadal (Maboya sp.) Ular Sawah (Phyton reticulatus) Kuskus (Phalanger ursinus), Raja Udang (Halcyon chloris), Ayam Hutan (Gallus gallus), Elang Sulawesi (Spizatus lanceolatus).

Terpisah, saat bertandang ke kediaman Drs. Samsu Niang, M.Pd, Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, yang juga masuk dapil III termasuk Soppeng mengatakan bahwa pembangunan TWA Lejja terkendala dengan perizinan dari Kementerian Kehutanan.”Mestinya sudah dibangun infrastrukturnya, namun harus menunggu dari izin kehutanan, yang sudah diproses,” ungkap Samsu Niang dengan jelas, yang juga tokoh pendidikan nasional. (Abd. Hamid)