FORWAN & SINEMATEK GELAR RETROSPEKSI FILM INDONESIA -->

Breaking news

Live
Loading...

FORWAN & SINEMATEK GELAR RETROSPEKSI FILM INDONESIA

Wednesday 21 September 2016

Forwan & Sinematek Gelar Retrospeksi Film Indonesia
Jakarta, Media InvestigasiArsip dapat digunakan sebagai media pembentuk karakter bangsa. Narasi sejarah berupa dokumen tertulis maupun peninggalan berbagai benda bersejarah, jika ditelisik lebih jauh dapat menumbuh kembangkan rasa patriotisme, imajinasi kreatif dan produktif.

Pandangan ini mengemuka dalam pertemuan antara Pengurus FORWAN (Forum Wartawan Hiburan) Indonesia dan Badang Pengelola Sinematek Indonesia, yang berlangsung di Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (PPHUI) baru-baru ini, tepat hari Kamis (15/09) di Kuningan Jaksel.


Pertemuan ini, menurut Ketua Umum Forwan Indonesia, Sutrisno Buyil, dimaksudkan untuk memperkenalkan jajaran pengurus baru perkumpulan para wartawan yang selama ini banyak meliput berbagai kegiatan produksi film, industri pertelevisian, musik, pariwisata dan budaya.


“Pengurus baru Forwan masa bakti 2016-2020 belum lama terbentuk. Oleh karena itu kami perlu memperkenalkan pengurus baru ini ke berbagai instansi atau lembaga lainnya, khususnya Sinematek Indonesia. Dari perkenalan ini diharapkan kami dapat menjalin kemitraan yang produktif, serta menempatkan Sinematek Indonesia menjadi bagian penting dari program kerja Forwan di masa depan,” ujar Sutrisno Buyil.



 Selain Sutrisno Buyil, hadir di acara ini para Pengurus Forwan Indonesia lainnya, diantaranya, John Yoseph Sinyal (Dewan Pengawas), Eddie Karsito (Sekretaris Umum), Teguh Supriyatno (Ketua Seksi Usaha Advertising & Media Komunikasi), dan Mulyadi Muller (Ketua Seksi Kelola Media Sosial).


 Kunjungan tersebut disambut langsung oleh Ketua Sinematek Indonesia, Adisoerya Abdy. Menurut Adi yang juga produser dan sutradara film ini, Sinematek merupakan ‘perpustakaan’ film Indonesia yang tak banyak dilirik. Insan perfilman sekalipun. 


Menurutnya, terutama sineas angkatan muda, kurang peduli terhadap keberadaan Sinematek.

 “Kearsipan film Indonesia sangat penting untuk menjadi rujukan, khususnya bagi para peneliti sejarah film Indonesia. Tapi banyak yang tidak memiliki kesadaran itu. Jangankan ngurusin Sinematek, orang bikin film saja enggak kasih (copy) filmnya ke Sinematek. Yang rugi dirinya sendiri. 


Karyanya tidak dikenal orang, karena tidak ada dokumentasinya. Lalu negara rugi karena kehilangan heritage karya film anak bangsa,” ujar Adi.
Dalam kontekstualisasi sejarah, lanjut Adi, menjadi penting untuk menunjukkan posisi perfilman Indonesia dari sisi kuantitas maupun kualitas. 


“Sinematek Indonesia menjadi tonggak perfilman Indonesia yang tak melupakan sejarahnya. Dan dengan segala keterbatasannya Sinematek Indonesia tetap berupaya mempertahankan keberadaannya,” ujarnya.

Gelar Retrospeksi Film Indonesia
Menurut Adisoerya Abdy, dukungan dari berbagai pihak, baik materi maupun moril sangat diperlukan untuk terus melestarikan dan menjaga lembaga kearsipan film yang amat penting ini. Adi mengharapkan para wartawan yang tergabung di Forwan Indonesia, dapat berperan aktif  menghidupkan keberadaan Sinematek Indonesia melalui berbagai kegiatan yang bersifat edukatif.


Forwan dan Sinematek Indonesia kini tengah menjajaki kemungkinan dapat menjalin kerjasama menggelar program retrospeksi film Indonesia, menyaksikan kembali  berbagai film karya sineas Indonesia yang pernah berjaya. “Kita tonton film-film era emas perfilman Indonesia dengan sutradara-sutradara kawakan seperti Teguh Karya, Arifin C. 


Noor, Sjuman Djaya, Wim Umboh, Nya Abbas Acup, dan lainnya, semuanya ada dalam koleksi Sinematek. Melalui program retrospeksi ini kita harapkan dapat menjadi sarana edukasi dan motivasi bagi generasi insan film selanjutnya,” harap Adi.

Sinematek Indonesia didirikan oleh sineas Misbach Yusa Biran. Lembaga non-profit yang bergerak dalam pengarsipan semua hal yang terkait dengan perkembangan film Indonesia.  Menyimpan tidak kurang dari 2.700 judul film, meliputi film-film Indonesia dari masa ke masa, sejak era film hitam putih, film berwarna, hingga film produksi terkini. Media koleksinya pun beragam, mulai dari rol film (seluloid), Kaset Video Betamax, kepingan VCD, hingga kepingan DVD.


 Arsip Sinematek Indonesia terdiri dari 84 negatif untuk film hitam putih dan 548 negatif untuk film berwarna. Menyimpan lebih dari 15.000 karya referensi, yang kebanyakan sulit ditemukan di tempat lain, termasuk kliping koran, naskah drama, buku, dan peraturan pemerintah. Kepemilikan lainnya mencakup poster film dan peralatan film.


Sinematek  juga memiliki laboratorium film yang merawat rol-rol film yang umurnya sudah uzur. Pihak Sinematek kini berupaya untuk mentransfer semuanya dalam format DVD. Rol-rol film tersebut disimpan dalam gudang penyimpanan di basement dengan suhu rata-rata 9 derajat Celsius yang harus terus terjaga selama 24 jam supaya rol film tidak rusak. Rol film yang tersimpan terdiri dari rol film berukuran 8 mm, 16 mm, 35 mm, hingga 70 mm.(Buyil)