ANNA MARIANA RAYAKAN ULTAH GELAR PENGAJIAN -->

Breaking news

Live
Loading...

ANNA MARIANA RAYAKAN ULTAH GELAR PENGAJIAN

Tuesday 3 January 2017

Anna Mariana Rayakan Ultah Gelar Pengajian


Jakarta, Media Investigasi- Sebagai muslimah yang taat Dr. Hj. Anna Mariana SH, MH, MBA, merayakan tahun baru di Tanah Suci sekalian ibadah umroh. Tapi di ultahnya yang ke 57 yang bertepatan dengan pergantian tahun ia rayakan dirumahnya dengan menggelar pengajian dan mengundang ratusan anak yatim.
        
"Biasanya kalau ulang tahun saya merayakan di Tanah suci sekalian umroh. Tapi tahun ini saya ingin merayakan bareng anak yatim,"ujar wanita yang penggiat dan pengembangan kain songket ini saat bincang dengan awak media di rumahnya yang mewah di kawasan Ampera Jakarta Selatan Minggu (1/1).
     
Setelah mempelopori kelahiran songket dan tenun Betawi bersama Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi pada 24 Desember lalu, di penghujung tahun 2016 itu, ia menggerakan anak-anak pesantren asuhannya untuk belajar menenun songket. 

Sebuah kegiatan yang sejalan dengan pengembangan budaya kain batik Betawi, serta sosialisasi pengembangan dan pembinaan budaya kain tenun dan songket Betawi.
        
“Untuk pelestarian kain songket. Saya ingin menurunkan ilmu serta mengajarkan anak-anak pesantren asuhan saya yang tersebar di Jakarta, Banten dan Serang, agar mereka mempelajari teknik tenun dan songket,” jelas Anna.
       
Wanita kelahiran Solo, 1 Januari 1960 itu menambahkan, kegiatan belajar menenun ini bisa dilakukan anak-anak pesantren di saat senggang dari kegiatan belajar ilmu agama. “Dengan memiliki Ilmu menenun, nantinya mereka bukan hanya akan pintar soal agama dan bisa menjadi ulama, tapi juga berpengetahuan luas, memahami juga semakin mencintai budayanya. Keahlian menenun ini juga bisa membuka lapangan usaha dan mendatangkan rejeki,” terang isteri dari Tjokorda Ngurah Agung Kusumayudha, SH, MSC ini.
          
Menurut wanita yang sudah 33 tahun berkarya untuk perkembangan kain tenun dan songket di nusantara, ia akan mengajarkan anak-anak itu dari hal paling dasar. 

Misalnya pengenalan sejarah, bahwa dalam budaya masyarakat Betawi, belum pernah ada tenun dan songket. “Yang ada hanya kain Batik dengan motif kembang-kembang dengan selalu ada motif Ondel-Ondel. 

Produksi ini kemudian hanya kita kenal sebagai kain dari Batik Cap, Batik Tulis, Batik Printing. Kain yang ada bukan tenun atau songket, yang proses pembuatannya masih menggunakan cara tradisonal ditenun atau dikerjakan dengan proses handmade!” ungkapnya.
          
Karenanya , Anna Mariana yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Sejarah Kain Tenun Nusantara bersemangat mengundang anak-anak pesantren asuhannya di malam pergantian tahun 2017, yang sekaligus juga untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 57.
“Anak-anak pesantren ini ada yang sudah yatim piatu. Dengan mereka punya bekal ilmu menenun, mereka diharapkan bisa mandiri, dan punya penghasilan sendiri. Dan yang lebih pasti lagi, mereka akan menjadi kader penerus yang pandai menenun,” tegasnya.
       
Bagi Anna proses pengerjaan kain songket dan tenun sangat khas dan memerlukan waktu lama. Terlebih untuk menghasilkan tenun kelas premium yang menggunakan benang sutera. 

“Proses pengerjaannya memakan waktu enam bulan bahkan bisa sampai setahun. Diperlukan ketrampilan, keuletan, ketekunan dan kesabaran khusus. Karena menenun dari benang sutra itu rumit, oleh sebab itu pula harga songket menjadi mahal bahkan cenderung fantastis,” bebernya.
      
Sebagai pengacara, fashion designer dan desainer songket Bali kenamaan Tanah Air, Anna tentu sibuk, tapi ia tetap memperhatikan keluarga. “Saat waktu senggang saya selalu sempatkan jalan-jalan bersama keluarga, baik itu ke mall maupun ke tempat wisata,“ ungkapnya.
       
Ketika ditanya, di waktu senggang bersama keluarga, apakah pernah menyempatkan diri untuk misalnya, menonton film? Dengan mantap, Anna menjawab, “Setiap bulan kita selalu menonton film.”
       
Anna tampak bersikap fleksibel mengikuti trend perkembangan film dan keinginan anaknya. “Saya fleksibel mengikuti trend perkembangan film dan keinginan anak-anak,” pungkasnya.

Rep/Buyil
Editor: Rosyid