DLH Tangsel Adakan Loba Paduan Suara -->

Breaking news

Live
Loading...

DLH Tangsel Adakan Loba Paduan Suara

Monday 25 September 2017

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota (Tangsel), Ir. Yepi Suherman, seusai acara Lomba Paduan Suara para Pengurus Bank Sampah Tingkat Kecamatan se Kota Tangsel.

KOTA TANGSEL, MEDIA INVESTIGASI- Pemkot Tangerang Selatan akan maksimalkan pengelolaan sampah mulai dari sumbernya, TPS 3R nya, serta peningkatan teknologi di TPA Cipeucang.

Hal tersebut diungkap Kepala Bidang (Kabid) Persampahan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota (Tangsel), Ir. Yepi Suherman, seusai acara Lomba Paduan Suara para Pengurus Bank Sampah Tingkat Kecamatan se Kota Tangsel, di Aula Kecamatan Ciputat, (23/9/2017).

Sebelumnya saat pengumuman para pemenang lomba, rasa terimakasih juga disampaikan Ketua Bank Sampah Kota Tangsel, Eka Meidya kepada para pengurus Bank Sampah semua yang hadir. Eka tekankan bahwa sangat pentingnya kekompakan para pengurus Bank Sampah agar bisa teralisasi piala Adipura 2018 untuk Tangsel. Dan motivasi pun juga diucap Yepi, agar pengurus Bank Sampah terus berjuang untuk masalah kebersihan.

Kepada awak media, Yepi mengungkap, wacana yang sempat merebak tahun lalu dengan rencana Pemkot Tangsel akan mengajukan MOU dengan Kabupaten Tangerang dalam hal permasalahan persampahan, namun untuk saat ini belum jadi dilaksanakan. "Mungkin mereka (kabupaten) dalam hal penataannya, mereka belum bisa terima, kedepannya kalau disana ada pengelolaannya dalam teknologi yang konsepnya kembali seperti PLTAS, pasti mereka butuh sampah, pasti akan kita kirim berapa ton dari Tangsel," urainya.

Ia jelaskan pula saat menjawab tentang jumlah TPS 3R di Tangsel saat ini sebanyak 49 tempat, yang aktif sesuai SOP hanya berjumlah sekira 13 tempat, sedangkan yang lain 'jalan' tapi tidak sampai pengomposan dan sebagian lainnya hanya sebagai tempat penampungan sementara.

Dalam pupuk komposnya proses dari TPS 3R,  Yepi juga menginginkan SKPD lainnya yakni dinas Pertanian agar ikut turut membantu dalam peningkatan kualitas maupun pengepakannya dengan contohnya seperti konsep program pertanian terpadu dan begitu pula pada dinas perindustrian perdagangan (disperindag) ikut membantu pemasarannya. Menurutnya, selama ini para pengelola TPS 3R menjual komposnya hanya kepada beberapa penjual tanaman tapi belum maksimal, sembari diakuinya bahwa belum adanya keseragaman pupuk kompos jika dipakai sendiri oleh DLH Tangsel.

Guna menyambung tentang Adipura, awak media masih di hari yang sama langsung mendapat penjelasan dari Ketua Bank Sampah Tangsel, Eka Meidya di kediamannya yang dirangkap sebagai Kantor Sekretariat Bank Sampah Tangsel, Perumahan Villa Pamulang Mas blok A3 no. 4, Bambu apus, Pamulang.

Bahwa jumlah Bank Sampah untuk saat ini sudah 200 lebih namun juga sudah dilaporkan ke DLH bahwa baru 100 an jumlah Bank Sampah yang aktif selebihnya karena keterbatasan SDM yang notabene pengurus sebagian besar semua dari ibu-ibu rumah tangga. Sembari menyebut nominal rupiah aset Bank sampah saat per Juli 2017 sudah berjumlah 1,7 Milyar.

Jadi saat mulai saat ini kita mulai melakukan penataan kembali walaupun sudah dibuat Koordinator tingkat Kecamatan (korcam). "Karena ini kerja sosial, saya ga bisa paksain," katanya.

Kedepannya ia ingin dan setuju bila sosialisasi tentang Bank Sampah terus menerus diberikan kepada masyarakat. " Dalam audiensi di Balaikota dengan Bu Wali (20/8) sudah kita sampaikan keinginan tentang pentingnya sosilalisasi, dan langsung direspon dengan baik oleh beliau," tuturnya.

Sosialisasi ini menurutnya kalau bisa, semua masing-masing OPD atau SKPD juga harus punya Bank Sampah. "Mungkin dari atasannya dulu ya, kalau dari bawahan itu susah, dan kalau ada dari instruksi Bu Wali mungkin OPD,  stakeholder ga bisa nolak, misalnya 1 RW 1 Bank Sampah harus ada.

Ia bersyukur tempat tinggalnya, Kelurahan Bambu Apus dari 9 RW yang jumlahnya sudah berdiri 12 Bank Sampah. Ia menyayangkan untuk Kecamatan Serpong Utara dari dulu hanya berjumlah 4 Bank Sampah.

Bersama pengurus lain dirinya tidak akan jenuh dan bosan akan mensosialisasikan kepada masyarakat. "Mau hidup atau mau mati suatu Bank Sampah itu, ngga akan kita tinggalin begitu saja, kita masih punya tanggungjawab," ucapnya.

Sosialisasi yang dimaksud adalah dengan program Sustainable / keberlanjutan yakni setelah dibentuk Bank Sampah, kita ajarkan membikin kompos cair maupun kompos padat melalui biopori terus bagaimana cara bertanam urban farming. " Hal itu sudah saya jalankan dari rumah tangga saya, dan hasilnya sangat minim sekali sampah yang terbuang, dan tidak bisa dimanfaatkan kembali," pungkasnya. (mi*/rb)