Ciamis, Gelar Tradisi Upacara Adat Nyangku -->

Breaking news

Live
Loading...

Ciamis, Gelar Tradisi Upacara Adat Nyangku

Tuesday 26 November 2019

Tradisi Upacara Adat Nyangku ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali di bulan Rabiul Awal, (26/11/2019).

Ciamis, (MI) - Ciamis punya berbagai tradisi. Salah satunya, tradisi pencucian benda pusaka!

Upacara tradisi Nyangku atau tradisi pencucian benda pusaka peninggalan Prabu Borosngora kembali digelar di Alun-alun Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, dilansir detikcom, Senin (25/11/2019).

Tradisi ini diikuti oleh ribuan warga bukan hanya warga Ciamis saja melainkan berbagai daerah di Indonesia. Tradisi Upacara Adat Nyangku ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali di bulan Rabiul Awal, sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Nyangku dihadiri oleh Wakil Bupati Ciamis Yana D Putra beserta jajaran.

Prosesinya, Tradisi Nyangku diawali dengan mengeluarkan sejumlah benda pusaka peninggalan Raja Panjalu dari Bumi alit (museum tempat menyimpan benda pusaka). Lalu diarak dibawa dengan cara digendong (diais) oleh para keturunan Raja Panjalu dan warga terpilih. Diiringi dengan solawat dan alat musik gembyung menuju Nusa Gede (Pulau di tengah Situ Lengkong Panjalu).

Pusaka diarak kembali ke Taman Borosngora Alun-alun Panjalu untuk dilakukan ritual Jamas. Membersihkan dengan cara mencuci benda pusaka. Menggunakan tujuh sumber mata air dari beberapa tempat atau disebut 'Cai Karomah Tirta Kahuripan'.

Asalnya mulai dari mata Air Situ lengkong, Mata Air Karantenan Gunung Sawal, Mata Air Kapunduhan (Makam Prabu Rahyang Kuning), Cipanjalu, Kubang Kelong, Pasanggrahan, Bongbang kancana, Gunung bitung dan sumber air Ciomas, ditambah jeruk nipis.

Pembungkus pusaka dibuka lalu dibawa ke tempat pembersihan yang terbuat dari bambu yang terletak di tengah taman. Dibersihkan menggunakan air dan jeruk nipis. Setelah dibersihkan pusaka diolesi minyak khusus kemudian dibungkus kain putih dan disimpan kembali ke Bumi Alit.

Dalam prosesi puncak ini hanya tiga benda pusaka yang dibersihkan antara lain pedang pemberian Saidina Ali kepada Prabu Borosngora yang dinamai Zulfikar, Kujang Panjalu dan Keris Stokkomando. Sedangkan sisanya dilaksanakan terpisah.

Nyangku sudah dilakukan sejak zaman dulu secara turun temurun. Tujuannya untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora yang telah menyampaikan ajaran Islam. Untuk melestarikan budaya. Untuk melestarikan peninggalan zaman dulu.

Setelah prosesi acara selesai, ada hal unik ketika beberapa warga terlihat mengumpulkan air pencucian benda pusaka menggunakan wadah air mineral plastik. Meski panitia sudah meminta untuk tak melakukan hal tersebut. Namun sebagian warga tetap melakukan, karena air bekas pencucian konon dipercaya membawa berkah. Padahal air tersebut terlihat kotor.

"Cuma dapat sedikit, susah sekarang beda sama dulu. Ya ngambil berkahnya saja. Untuk keluarga semoga barokah, ada yang sakit, insyaallah," ujar Eva , warga Kuningan.

Keluarga Yayasan Borosngora Djohan R Wiradinata menuturkan upacara adat Nyangku akan terus dilestarikan sebagai sebuah kearifan lokal yang ada di Kecamatan Panjalu. Nyangku saat ini bukan hanya pesta warga Panjalu tapi sudah sekala Nasional sebagai warisan budaya. Sekaligus sebagai sarana silaturahmi antar sesama warga panjalu.

"Warga Panjalu banyak yang merantau, jarang sekali pulang. Tapi saat Nyangku ini mereka sengaja menyempatkan untuk pulang. Sebagai sarana silaturahmi," ujar Djohan.

Menurutnya, dengan Nyangku menjadikan masyarakat Panjalu lebih berkarakter, dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi yang baik dan toleran.

"Bukan hanya untuk penghormatan saja, juga Nyangku ini dijadikan momen untuk evaluasi diri agar ke depan lebih baik lagi. Intinya membersihkan diri," ucapnya.