Waduh! 21 Siswi melapor jadi korban pelecehan seksual di kota Batu, Apa kata kepala Sekolah? -->

Breaking news

Live
Loading...

Waduh! 21 Siswi melapor jadi korban pelecehan seksual di kota Batu, Apa kata kepala Sekolah?

Thursday 3 June 2021

Dok. ilustrasi (ist) 


Tak tanggung-tanggung, insiden amoral ini sudah ada 21 gadis yang mengaku korban pelecehan seksual.


Kota Batu, (Jawa Timur) - Berita menghebohkan tentang pelecehan seksual, datang dari dunia pendidikan. Kali ini terjadi di SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI), Kota Batu, Jawa Timur (Jatim). Tak tanggung-tanggung, insiden amoral ini sudah ada 21 gadis yang mengaku korban pelecehan seksual sejak sekolah itu berdiri.


Kendati demikian, Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko terkejut dengan adanya laporan KPAI terkait dugaan kekerasan seksual SMA Selamat Pagi Indonesia tersebut. Pihaknya mengaku masih berupaya meminta penjelasan dari Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia dan pihak sekolah SPI Kota Batu.


“Saya belum bertemu secara langsung, baik korban maupun pihak sekolah. Korban yang melaopr juga belum bisa ditemui karena masih dalam perlindungan. Mudah-mudahan hari ini bisa ketemu,” ujar Dewanti, dilansir Tribunbatam Kamis (3/6).


Sejak awal pandemi tahun lalu, sekolah yang juga tempat kunjungan wisata ini ditutup untuk umum. Aktivitas keluar masuk siswa pun tertutup, seluruh siswa harus berada di asrama di dalam bangunan sekolah seluas 20 hektar ini.


Pengakuan Korban


Sebanyak 21 gadis muda mengaku menjadi korban dugaan kekerasan seksual oleh  pendiri dan pencetus berdirinya SMA SPI Kota Batu, Jawa Timur yang berinisial JE.


Gadis-gadis belia yang mengaku sebagai korban JE diprediksi semakin bertambah.


Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jatim, Andriyanto, saat mendatangi sekolah tersebut.

Andriyanto mengatakan, kekerasan seksual itu dialami para korban saat masih duduk di bangku sekolah.


Saat ini, para korban yang berjumlah 21 orang itu sudah berstatus alumni.


"Ini adalah kesaksian pada saat korban adalah anak, ketika dia siswa," kata Andriyanto di SMA SPI Kota Batu, Rabu (2/6/2021).


Andriyanto memastikan, para korban saat ini dilindungi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan ( DP3AK) Provinsi Jatim.


"Pelapor-pelapor itu sudah kita dampingi melalui pusat pelayanan terpadu yang di Rumah Sakit Bhayangkara. Kebetulan pelaporan adalah alumni," jelasnya.


Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur dari Fraksi PKB, Hikmah Bafaqih mengatakan hal yang sama.

Korban yang sudah melapor terkait kasus itu sudah ada 21 orang. Seluruh pelapor tersebut sudah berstatus alumni.Hingga saat ini belum ada siswi-siswi yang mengaku sebagai korban JE melapor ke Polisi.


"Pelapor sampai saat ini adalah alumni, bukan siswa aktif. Ada 12 ditambah sembilan yang muncur hari ini, jadi 21 pelapor," kata Hikmah ikut serta dalam kunjungan ke sekolah tersebut.  


Sementara itu, kompleks sekolah dengan konsep boarding school itu cukup tertutup.


Wartawan yang hendak meliput kasus itu tidak berikan akses untuk masuk ke kompleks sekolah.


Diketahui, sejumlah korban didampingi Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) melaporkan dugaan kekerasan seksual di SMA SPI ke Polda Jatim.


Terlapor berinisial JE yang merupakan pendiri sekolah tersebut.


Pihak SMA SPI di Kota Batu membantah telah terjadi kekerasan seksual dengan terduga pelaku berinisial JE.


Kuasa hukum JE dari Kantor Hukum Recky Bernadus and Partners, Recky Bernadus Surupandy meminta pihak kepolisian untuk membuktikan laporan tersebut.


Kepala SMA SPI Risna Amalia mengaku kaget dengan laporan tersebut.


Risna mengatakan, diirnya tak pernah mendapati kasus serupa itu sejak sekolah itu berdiri pada 2007.


"Karena sesungguhnya yang diberitakan sama sekali tidak benar. Saya di sini sejak sekolah ini berdiri 2007. Bahkan saya menjadi kepala sekolah dan ibu asrama sampai saat ini. Tidak pernah terjadi kejadian-kejadian seperti yang disampaikan. Sama sekali tidak ada," katanya.


Kasus dugaa pelecehan itu meledak ke permukaan setelah Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait melapor ke Polda.


Namun, laporan itu dianggap aneh oleh Kepala SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI), Risna Amalia Ulfa.


Kepada wartawan Surya Malang melalui pesan pendek ia menegaskan, tidak ada pelecehan seksual terhadap anak seperti yang dilaporkan Komnas Perlindungan Anak ke Polda Jatim.


“Kami para pembina dan pengurus SPI sangat kaget dengan pemberitaan yang ada."


"Pemberitaan ini tidak sesuai dengan kejadian yang sehari-hari terjadi saat ini di SPI dan tidak ada komunikasi dari pihak manapun sampai kami mengetahuinya dari pemberitaan yang  beredar di media,” ujar Risna, Minggu (30/5/2021).


Kata Risna, laporan pelecehan seksual itu tidak berdasar dan tidak benar.


Pemberitaan yang selama ini muncul, serta mengangkat isu pelecehan terhadap anak ia pertanyakan.


“Karena sesungguhnya yang diberitakan sama sekali tidak benar. Saya di sini sejak sekolah ini berdiri pada 2007."


"Bahkan saya menjadi kepala sekolah dan ibu asrama sampai saat ini. Tidak pernah terjadi kejadian-kejadian seperti yang disampaikan. Sama sekali tidak ada,” tegasnya.


Risna menduga ada yang memiliki tujuan tidak baik kepada lembaga sekolah yang ia pimpin.


Ia mengatakan akan mencari tahu lebih dalam tentang isu yang berkembang saat ini.

“Saat ini kami bersama tim kuasa hukum sedang menindaklanjuti hal ini dan berkomunikasi dengan semua pihak terkait, termasuk melakukan langkah-langkah hukum yang dipandang perlu,” paparnya.


Risna juga mengatakan kalau seluruh anak didik dan kegiatan SPI saat ini berjalan seperti biasa. SPI akan tetap berpegang pada tujuan menghantarkan para siswa memiliki life skill untuk kehidupannya berlandaskan cinta kasih.


“Seluruh pengurus dan pendiri SPI tetap berkomitmen pada misi mulia yang kami bangun sejak semula SPI berdiri,” tegas Risna. (*)