Beragam Agama dan Keyakinan Sebagai Basis Spiritual -->

Breaking news

Live
Loading...

Beragam Agama dan Keyakinan Sebagai Basis Spiritual

Wednesday 25 August 2021


Jacob Ereste :

Suku Bangsa Baduy dan Sunda Wiwitan yang kukuh .


Banten - Meski menurut pemahaman orang banyak bahwa laku spiritual dan agama adalah dua hal yang berbeda, namun keduanya tidak dapat dipisahkan. Sebab spiritual itu adalah salah satu cara manusia menyelam pada kedalaman agama seperti samudra luas. Agaknya lantaran itu dalam kepercayaan  Hindu, jalan spiritual itu semacam ruang untuk mendapat peluang bagi setiap individu untuk memilih cara yang sesuai dengan potensi dan bentuk penghayatan keagamanya yang sesuai dengan situasi dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu empat cara atau jalan yang dapat ditempuh oleh pelaku spiritual dari agama Hindu adalah Karma, Yoga, Bhakti Yoga, Jnana Yoga dan Raja Yoga


Selaras dengan pemahaman ini, dari ajaran Hindu, maka laku  spiritual menjadi semacam cara  komunikasi transpersonal dari dalam bawah sadar mengenai hal hal yang melebihi kepribadian, kecerdasan, analisis, dan rasionalitas. Karenanya, ajaran-ajaran spiritual adalah impersonal dan luas, condong ke arah wahyu transenden dan senantiasa selalu memohon pada yang Ilahi, Sang Maha Agung. Maka itu dalam muatan nilai ketaqwaan, jelas termaktub substansi landasan filosofis dan praktek spiritual itu yang melandasi ajaran etika-moral hingg

a praktek ritualnya. Dari paparan ceramah Swami Krishnananda, Sekretaris Jendral The Divine Life Society pada veveeaoa tahun silam jelas mengatakan bagwa; "Agama dan spiritualitas adalah dua faktor penentu didalam mencapai nilai kehidupan yang lebih tinggi". Disebutkan pula 'nilai kehidupan' tidak hanya terbatas untuk mencapai kesejahteraan hidup ataupun sebagai upaya untuk mencapai sorga ataupun menghindari neraka. Karena untuk mencapai  nilai kehidupan yang lebih tinggi --hakiki -- sungguh mempunyai arti yang jauh lebih luas, misalnya dibanding sekedar kesejahteraan hidup di dunia atau cuma sekedar ingin masuk sorga.


Menurut Andy Gunardi, dalsm keyaiinan Kristen,  spiritualitas itu adalah ekspresi tentang keyakinan yang tertinggi bagi seseorang dalam kehidupannya sehari-hari dalam bercampur gaul di  komunitasnya, sehingga dapat  ditabdai oleh keterbukaan untuk berbagi kasih Allah, kasih dari diri sendiri untuk sesama serta dunia melalui Tuhan Yesus dan di dalam kekuatan Roh Kudus”, kara dia juga mengutip 

Elizabeth Dreyer. Sedangan paparan Kardinal, menurut

Andy Gunardi, sedungguhnya situasi umat bisa masuk dalam dua kategori, yaitu sangat profan sekali atau sangat religius sekali. Dan senada dengan pernyataan Uskup bahwa semua itu semakin dapat dirasakan saat ini. Sehingga ummat kristiani spontan membentuk berbagai macam devosi dan kelompok doa, sedangkan sebagian yang lain semakin jarang masuk ke gereja atau bahkan ikut terlibat dalam berbagai tindakan tercela. Begitulah upaya penyadaran agar dapat segera mengetahui dan mengembangkan kesatuan terhadap umat dengan sang ilahi.


Jika merujuk pada naskah Kakawin Sutasoma pun  intinya jelas bercerita tentang agama Buddha Mahayana yang berkaitan dengan Siwa. Laman dari Kemdikbud juga merujuk teks yang tercantum dalam kitab yang jelas mengungkap bahwa Buddha dan Siwa itu berbeda. Kendati demikian adanya, keduanya tetap dapat dikenal karena kebenaran Buddha dan Siwa merupakan hal yang tunggal. Jadi walau jelas berbeda, namun pada hakekatnya tetap tunggal, karena dalam keyakinan tidak ada kebenaran yang mendua sifatnya.


Seperti makna dari "Bhinneka Tunggal Ika" dalam Kitab Sutasoma dalam pupuh 139 bait ke-5 dengan bunyi selengkapnya begini ; "Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa Bhinneka rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa".


Dalam terjemahan bebas artinya adalah, "Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimana bisa dikenali? Sebab kebenaran Jiwa (Buddha) dan Siwa adalah tunggal adanya. Jadi, meski telah terpecah belah, tetapi tetaolp satu juga. Jadi tidak ada kerancuan dalam kebenaran".


Meski begitu, masyarakat Majapahit ketika itu telah mengenal berbagai agama, walaupun yang utama adalah Hindu dan Buddha. Begitulah laku spiritual yang mengacu pada agama-agama dari langit. Sehingga bagi orang Islam sendiri justru lebih meriah dan ramai lantaran yang kasmaran pada laku spiritual tidak kalah banyak jumlahnya dengan mereka yang menolak -- atau bahkan -- seperti menghujat laku spiritual yang dianggap sesat. Dan memang untuk mereka yang telah selevel sufi, lalu mempraktekkan laku praktek spiritual seperti yang terlihat dalam pendangan mata awam, selalu dikesankan telah terjadi penyimpangan Hanya karena mereka yang melakoni laku spiritual terkesan sangat abai pada hal-hal yang bersifat duniawi.


Padahal  saudara saya dari Baduy justru menjadi tontonan yang mungkin pula dianggap menakjubkan itu -- karena selalu melenggang santai dengan berjalan kaki telanjang dengan santai berjalan dari pedalaman menujj kota Jakarta, tanpa pernah merasa tertarik untuk menggunakan kendaraan.


Lalu masihkah laku spiritual yang mereka lakukan itu masih patut diragukan sebagai pilihan sikap yang kukuh seperti yang dilakukan  saudara saya dari Baduy itu, karena anggapan bukan sebagai laku spiritual yang menjadi model  pilihan dari laku spiritual -- yang merupakan bagian dari pilihan sikap spiritual  itu juga ?


Yang pasti, laku spiritual seperti apapun yang menjadi pilihan,  adalah bagian dari kekukuhan sikap terhasap prinsip yang diyakini kebenaran dan kebaikannya, bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain juga sekaligus untuk hal-hal yang lain. Seperti alam serta lingkungan berikut makhluk hidip dan tumbuh-tumbuhan yang diyakini 'tuah' maipun 'tulah' sebagai suatu kekuatan yang menjadi bagian dari Kekuasaan dan Kemurahan Tuhan. Boleh jadi, atas dasar pemahaman dan kesadaran serta keyakinan serupa itu, Eko Sriyanto Galgendu yang lebih kuat memiliki keterpautan pada Paku Buwono XII, juga merasa perlu melakukan acara 'maneges' pada hari kelahirannya 18 Juli 2021 lalu justru di Ujung Kulon, masuk dalam kawasan kekuasaan badak bercula satu. Lagi pula Banten cukup   dipercaya memiliki kekuatan spiritual yang ampuh dan tangguh yang ditandai Sunda Wiwitan, Baduy dan Sultan Banten yang pernah berjaya pada masanya -- hampir tiga abad berkuasa 1552-1816 -- dengan 20 Sultan sebagai generasi penerus pemerintah yang berbasis Islam yang kuat. (rs/*)