Keseimbang Dalam Oleh Raga, Olah Pikir dan Olah Batin -->

Breaking news

Live
Loading...

Keseimbang Dalam Oleh Raga, Olah Pikir dan Olah Batin

Friday 10 September 2021

Dok. Keluarga sehat (red)


Jacob Ereste :


Banten - Olah raga akan memperkuat fisik, olah pikir dapat mempercerdas akal, dan olah batin atau jiwa bisa memperluas cakrawaka pandang melalui mata bathin, mata hati yang tak terlihat oleh mata telanjang, dan mata hati yang mampu melihat pada kedalaman rasa. Karena itu ajakan untuk segera menggerakkan kesadaran spiritual bangsa Indonesia yang dimiliki potensi besar pada setiap orang Indonesia, akan menjadi nilai lebih yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini. Karena keyakinan dari gerakan kebangkitan kesadaran spititual bangsa Indonesia, diyakini akan menjadi penerang jagat raya dan seisinya nanti.


Oleh raga yang telah mencetak jutaan atlet dalam beragam cabang dengan keahlian, kemampuan dan kemahiran serta kepiawaian untuk yang lebih bersifat fisik itu sangat luar biasa. Namun begitu, hal-hal yang bersifat fisik -- untuk tubuh --  harus dikawal oleh cara berpikir yang sehat, genuin dan piawai. Namun akal sehat hanya akan berjakan lurus, tidak selingkuh (jujur), sportif dan ikhlas -- jika kalah atau salah -- hanya akan terjaga dengan baik bila memiliki bekal spiritual yang cukup --mata bathin -- yang terpelihara dengan bagus, hingga memiliki basis nilai nilai spuritual yang mumpuni. Karena kejujuran serta keikhlasan dan kemauan untuk menerima semua yang terjadi dengan sportif, jujur, dan rendah hati dan ikhlas -- jika menang atau kalah -- tak perlu membuat pikiran menjadi kacau, dan badan (fisik) jangam sampai melemah.


Begitulah posisi olah (laku) spiritual untuk menjaga pikiran  dan raga supaya tak sampai lepas dari kontrol oleh batin yang harus berfungsi baik untuk dapat menyelaraskan kerja otak dan kerja otot setiap orang dalam bimbingan batin yang menguasai senya indra dan rasa (hati), intuisi maupun insting.


Kalau adanya kemampuan dari olah pikir yang dapat dilakukan  secara maksimal, toh takaran untuk keilmuan bagi banyak orang  sudah sering kita temukan mereka yang bergelar doktor maupun profesor sekalipun tidak sedikit jumlahnya yang terkilir cara berpikirnya, bermental dan moral yang bejat, hingga tetap saja melakukan tindak kriminal, atau bahkan bersikap tidak manusiawi. 


Setidaknya, akal sehat dan badan yang kuat hanya  mungkin dapat lebih bermanfaat -- baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain -- bila dilandasi oleh nilai-nilai spiritual yang tangguh. Karena kepintaran tidak memiliki jaminan untuk tidak berbuat jahat. Demikian juga dengan kekuatan atau bahkan keenggulan fisik. Tapi ketangguhan batin (rasa) yang terpusat di hati sanubari, sekedar untuk menipu diri sendiri pun tidak mungkin. Itulah sebabnya di dalam ajaran agama langit -- yang mewarisi kitab suci -- berpuasa itu merupakan bagian dari mata ajaran yang penting. Seperti dalam Rukun Islam misalnya, puasa itu tidak ada yang perku mengontrol, kecuali dirinya sendiri dan Tuhan yang diyakini Yang Maha Tahu dan Maha Agung itu. Jadi nilai kejujuran sudah harus tertanam dalam diri sang pelaku masing-masing. Dan tak seorang pun yang mampu menakar, mengontrol atau melarang pihak lain saat hendak melakukan puasa itu. Sebab yang berkepentigan hanya dirinya dan Tuhan semata yang dipercai ada di atas sana.


Demikian juga arti berdo'a bagi setiap orang yang melakukannya, lantaran kemampuan berpikir dan kemampuan fisik (tubuh atau raga) sudah kalah dan menyerah.


Jadi laku spiritual adalah jalan mendekat diri kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti yang diyakini oleh segenap warga bangsa Indonesia dengan menjadikannya sebagai sila pertama dari Pancasila. Bahkan di dalam UUD 1945, lebih lugas dinyatakan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Lalu, mengapa negeri ini jadi runyam, agaknya benar apa yang diakui Profesor Salim Said; manusia  Indonesia tidak takut pada Tuhan, tapi takut pada KPK, Polisi dan Jaksa. Selain itu, BPIP (Badan Pembina Ideologi Pancasila), toh cuma main-main belaka. Biar ada alasan untuk pembagian uang lewat sejumlah jabatan yang tak ada manfaatnya buat masyarakat.


Paparan diatas merupakan bagian dari resume diskusi bersama Eko Sriyanto Galgendu selaku Penggagas sekalugus motor Gerakan Kebangkitan Kesadaran Spiritual Bangsa Indinesia untuk  mercusuar dunia. (rs/*)