KSAD Jenderal TNI Dudung: Mendidih darah saya tidak terima presiden dihina -->

Breaking news

Live
Loading...

KSAD Jenderal TNI Dudung: Mendidih darah saya tidak terima presiden dihina

Wednesday 1 December 2021


Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman: Saya lihat itu, beraninya sekali dia (HRS-red) mengatakan pimpinan kita, presiden kita dengan kata-kata yang tidak bagus sebagai warga negara. Mengganti nama presiden kita yang tidak benar. Mendidih darah saya kaya gitu itu, panas sudah, dok. ilustrasi ist (01/12).


Jakarta - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman merupakan sosok yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Namanya dikenal karena keberaniannya mencopot spanduk dan baliho Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) saat menjabat sebagai Pangdam Jaya.


Dudung mengungkapkan alasannya mengerahkan prajurit TNI untuk menurunkan baliho HRS di sudut-sudut wilayah Jakarta. Salah satunya karena tidak terima Presiden Joko Widodo (Jokowi) dihina. ”Kemarin saya masuk ke Kodam Jaya itu baliho bergelimpangan, nada-nadanya seruan-seruan jihad, revolusi akhlak lah, sudah ada baliho di sembah. Saya pelajari, apa ini,” ujar Dudung di Podcast Deddy Corbuzier, Selasa (30/11/2021).


Sebelum mengambil keputusan, mantan Pangkostrad ini kemudian mempelajari video-video sebelumnya mengenai apa saja yang dilakukan Habib Rizieq selama ini. ”Saya lihat itu, beraninya sekali dia (HRS-red) mengatakan pimpinan kita, presiden kita dengan kata-kata yang tidak bagus sebagai warga negara. Mengganti nama presiden kita yang tidak benar. Mendidih darah saya kaya gitu itu, panas sudah,” tegasnya.


Dudung mengaku, darahnya semakin mendidih ketika mendapat laporan bahwa Kantor Satpol PP di Jakarta Utara didatangi dan disuruh memasang kembali baliho dan spanduk yang diturunkan sekitar pukul 23.00 WIB. “Kan gendeng. Wah tambah jadi (mendidih darah-red) memang mereka ini siapa,” kata Dudung.


Melihat keadaan ini, Dudung memutuskan negara harus hadir sebab kalau dibiarkan bahaya. ”Pol PP sudah ketakutan, didatangi bawa parang masa kita diam aja. Akhirnya polisi, kapolda waktu itu, saya dengan Pol PP. Ya polisi dulu, memang kan kita sesuai prosedur. Kapolda sampaikan ke gubernur bahwa ya memang sudah meresahkan. Akhirnya Pol PP, polisi, dibantu TNI ada surat dari Wali Kota minta bantuan ke TNI kepada Dandim untuk menertibkan itu. Ya sama-sama dengan polisi,” ujarnya. (dw/*)