Warga Jakarta Diincar Gizi Buruk -->

Breaking news

Live
Loading...

Warga Jakarta Diincar Gizi Buruk

Wednesday 29 July 2015




Salah Satu Warga Jakarta Tidak Terkena Kebijakan Pemerintah

Warga Jakarta Diincar Gizi Buruk

Jakarta, Media Investigasi
Gizi buruk telah melanda warga miskin di Jakarta. Sangat disayangkan Pusat Pemerintahan Ibukota Jakarta, masih ada saja luput dari perhatian Pemerintah. Mereka karena keterbatasan  biaya, banyak warga miskin jadi korban Gizi buruk, disebabkan lemahnya perhatian dari dinas-dinas terkait untuk menanggulangi masalah ini.
Ironisnya, pada saat pemerintah sedang menggalakkan program kesehatan untuk warga, ternyata Rifki salah satu dengan nota bene masuk ke dalam keluarga pra sejahtera itu, jauh dari harapan program pemerintah  tersebut.
Bahkan balai pengobatan pun setengah hati menerima pasien keterbatasan biaya. Berulangkali, Supriyanto (40) ayah dari Rifki membawanya, tetapi selalu terjadi penolakan dalam pelayanan medis. Akhirnya mereka putus asa, kemudian pendapatannyalah yang tak menentu itulah memicu orang tua untuk menunda untuk berobat selanjutnya.
Pada awalnya Rifki (17) menderita sakit panas sejak kecil, namun telah dibawa kebalai kesehatan tetapi hasilnya tak ada perubahan.

Menurut Supriyanto (40), Ia ingin anaknya di perhatikan Pemerintah dengan pelayanan kesehatan prima dan berharap putra sulungnya sehat seperti anak-anak lainnya.
17 Tahun gizi buruk yang di derita Rifki tak kunjung sembuh. Keluarga sangat berharap penuh kepada pemerintah agar Rifki dapat dilayani atau dirawat seperti pasien berduit dirumah sakit. Pengobatan Alternatif juga telah ditempuh namun belum ada perubahan.
" Saya sudah pernah bawa Rifki kerumah sakit hanya beberapa hari saja karena keterbatasan uang dan kemudian pengobatan alternatif juga sudah ditempuhnya," Kata Supriyanto, Selasa (28/7/15).
Dia juga mengutarakan, nyaris tak satupun pegawai Dinas Kesehatan atau Sosial yang peduli untuk memperhatikan nasib Rifki, padahal sudah dilaporkan. Dengan kondisi fisik yang memprihatikan yang hanya berat badan mencapai 15 kilo gram.
Penghasilan Supriyanto, hanya pas-pasan sebagai buruh serabutan, tak mampu membiayai kebutuhan putranya. Dia juga berharap atau membuka diri untuk uluran tangan masyarakat yang memiliki rizki lebih (Donatur) guna dapat meringankan bebannya. 
"Kadang saya menjadi tukang bangunan, kadang gak kerja. Penghasilan kadang dapat, kadang ada aja. Gak mesti dapat duit, maklumlah kuli harian," Keluhnya dikontrakan, Jl Kampung Jati, RT 004/01 No.17 Kel. Jatinegara Kaum, Kec.Pulo Gadung , Jakarta Timur.
Sementara menurut Poniah (73), Nenek yang setia merawat cucu (Rifki) selama ini, hanya bisa bersabar menerima apa yang telah terjadi.
Nenek tua renta itu rela menghabisi waktunya demi melayani cucu tercinta tersebut. Dan bila terasa lapar hanya menangis yang bisa disampaikan Rifki kepada Mbahnya itu. Di usia senjanya dia berharap kelak cucunya dapat kembali sehat dan ditangani tenaga medis.
"Semoga Gusti Allah memberikan kesehatan dan kesabaran, abis apa lagi ?  Semoga ada yang bisa membantu Rifki dengan kondisi seperti ini," Ujar Mbah Poniah .
Hingga berita ini diturunkan, tak ada dari pihak Kelurahan, Kecamatan atau pun tenaga medis yang menyambangi rumah kontrakkannya untuk menjenguk Rifki guna dibantu dalam penanganan kesehatan katanya. (Didi Wijayanto)