![]() |
Salah Satu Warga Jakarta Tidak Terkena Kebijakan Pemerintah |
Warga Jakarta Diincar Gizi Buruk
Jakarta, Media Investigasi
Gizi buruk telah melanda warga
miskin di Jakarta. Sangat disayangkan Pusat Pemerintahan Ibukota Jakarta, masih
ada saja luput dari perhatian Pemerintah. Mereka karena keterbatasan
biaya, banyak warga miskin jadi korban Gizi buruk, disebabkan lemahnya
perhatian dari dinas-dinas terkait untuk menanggulangi masalah ini.
Ironisnya, pada saat pemerintah sedang menggalakkan program kesehatan untuk warga, ternyata Rifki salah satu dengan nota bene masuk ke dalam keluarga pra sejahtera itu, jauh dari harapan program pemerintah tersebut.
Ironisnya, pada saat pemerintah sedang menggalakkan program kesehatan untuk warga, ternyata Rifki salah satu dengan nota bene masuk ke dalam keluarga pra sejahtera itu, jauh dari harapan program pemerintah tersebut.
Bahkan balai pengobatan pun setengah
hati menerima pasien keterbatasan biaya. Berulangkali, Supriyanto (40) ayah
dari Rifki membawanya, tetapi selalu terjadi penolakan dalam pelayanan medis. Akhirnya
mereka putus asa, kemudian pendapatannyalah yang tak menentu itulah memicu
orang tua untuk menunda untuk berobat selanjutnya.
Pada awalnya Rifki (17) menderita sakit panas
sejak kecil, namun telah dibawa kebalai kesehatan tetapi hasilnya tak ada perubahan.
Menurut Supriyanto (40), Ia ingin anaknya di perhatikan Pemerintah dengan
pelayanan kesehatan prima dan berharap putra sulungnya sehat seperti anak-anak
lainnya.
17 Tahun gizi buruk yang di derita Rifki tak kunjung sembuh. Keluarga sangat
berharap penuh kepada pemerintah agar Rifki dapat dilayani atau dirawat seperti
pasien berduit dirumah sakit. Pengobatan Alternatif juga telah ditempuh namun
belum ada perubahan.
" Saya sudah pernah bawa Rifki kerumah sakit hanya beberapa hari saja
karena keterbatasan uang dan kemudian pengobatan alternatif juga sudah
ditempuhnya," Kata Supriyanto, Selasa (28/7/15).
Dia juga mengutarakan, nyaris tak satupun pegawai Dinas Kesehatan atau Sosial
yang peduli untuk memperhatikan nasib Rifki, padahal sudah dilaporkan. Dengan
kondisi fisik yang memprihatikan yang hanya berat badan mencapai 15 kilo gram.
Penghasilan Supriyanto, hanya pas-pasan sebagai buruh serabutan, tak mampu
membiayai kebutuhan putranya. Dia juga berharap atau membuka diri untuk uluran
tangan masyarakat yang memiliki rizki lebih (Donatur) guna dapat meringankan
bebannya.
"Kadang saya menjadi tukang bangunan, kadang gak kerja. Penghasilan kadang
dapat, kadang ada aja. Gak mesti dapat duit, maklumlah kuli harian,"
Keluhnya dikontrakan, Jl Kampung Jati, RT 004/01 No.17 Kel. Jatinegara Kaum,
Kec.Pulo Gadung , Jakarta Timur.
Sementara menurut Poniah (73), Nenek yang setia merawat cucu (Rifki) selama
ini, hanya bisa bersabar menerima apa yang telah terjadi.
Nenek tua renta itu rela menghabisi waktunya demi melayani cucu tercinta
tersebut. Dan bila terasa lapar hanya menangis yang bisa disampaikan Rifki
kepada Mbahnya itu. Di usia senjanya dia berharap kelak cucunya dapat kembali
sehat dan ditangani tenaga medis.
"Semoga Gusti Allah memberikan kesehatan dan kesabaran, abis apa lagi
? Semoga ada yang bisa membantu Rifki dengan kondisi seperti ini,"
Ujar Mbah Poniah .
Hingga berita ini diturunkan, tak ada dari pihak Kelurahan, Kecamatan atau pun
tenaga medis yang menyambangi rumah kontrakkannya untuk menjenguk Rifki guna
dibantu dalam penanganan kesehatan katanya. (Didi Wijayanto)