beko runtuhkan rumah warga |
Mobil sendok runtuhkan rumah warga |
Zihar menatap rumahnya rata dg tanah |
Warga Rawa Jati Cemas Segera Digusur
Jakarta, Media Investigasi
Penggusuran
terus bergulir dan berlangsung entah sampai kapan selesai, namun menurut
beberapa warga ke Media Investigasi di temui ternyata mengabaikan sisi kemanusiaannya.
Betapa tidak, mereka yang tidak ikut direlokasi hanya diberikan uang kompensasi
Rp 1(satu) juta saja, padahal rumahnya bertingkat dan permanen kata Zihar
pemilik bangunan rumah bertingkat (3,50 m x 10 m) RT 13/RW 07 Kapuk. Tidak
hanya itu, sebagian dari korban tidak mendapatkan rumah susun dengan alasan
tidak memenuhi syarat.
Ironisnya di
Kelurahan Kapuk yang berbatasan Kelurahan Kedaung itu terjadi kecerobohan dimana ada
anak meninggal ketika penggusuran berlangsung, karena anak yang baru datang
dari Bajarnegara tersebut tertidur
pulas, tanpa ada yang mengetahuinya di atas rumah yang mau diruntuhkan oleh
mobil sendok.
Halnya Warga
Rawajati saat ini merasa cemas, pasalnya rumah yang ditinggali mereka akan di
gusur . Penggusuran terkesan mendadak, sebab surat yang dilayangkan pada
Tanggal, 4 Juni 2015 lalu oleh pihak Satuan Polisi Pamong Praja, Kota Administrasi
Jakarta Selatan.
Saat ini
warga mulai resah dan kepanikan terus berlangsung khususnya RT 009 RW 04, Kelurahan
Rawa Jati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu, (07/06/15).
Salah seorang korban penggusuran Suymin (68 ), nenek tua renta tersebut bingung karena telah menerima surat dari Satpol PP Jakarta Selatan. Dalam isi surat penggusuran itu warga diberi waktu selama tiga hari kedepan mengosongkan tempat tinggalnya.
" Kami diberi wakti selama 3 x 24 jam atau 3 hari semenjak surat tersebut kami terima. Surat penggusuran itu diberikan warga hari Kamis sore. Saya juga tinggal dimana nantinya dan masa depan anak saya giman ? ," Kata Suymin dengan nada sedih.
Sementara itu, warga memiliki surat-surat tanah berupa bukti pembayaran pajak dan memiliki kartu identitas (KTP) sebagai warga yang menempati tempat tinggal itu.
Suymin juga telah tinggal semenjak Tahun 1983, hingga memiliki empat orang anak. Dia juga belum mengetahui untuk dijadikan apa rumah mereka digusur.
Sementara menurut warga disekitar, penggusuran rumah dan bangunan belum ada upaya untuk merelokasi kepada warga yang akan digusur.
"Belum tahu akan ditempatkan di mana saya ?, kasian anak-anak mau testing sekolah," Keluh salah seorang pedagang kopi dilokasi.
Dalam kesempatan yang sama, Musa Nursaid (ketua RW 04) pernah memohon kepada Lurah, Camat dan Bagian bidang perumahan. Dia mengatakan kepada pewarta bahwa dari hasil pertemuan lalu warga akan direlokasi namun belum ada kesepakatan dan informasi jelas karena lahan yang akan dijanjikan hingga saat ini belum dibangun.
" Dulu pernah warga pernah dipanggil kekantor Lurah tetapi warga tidak semuanya datang. Dan pernah dijanjikan akan direlokasi diwilayah Jakarta Selatan.Namun belum dibangun sampai saat ini," Jelas Ketua RW 04 saat ditemui di rumahnya.
Jumlah warga Kartu Keluarga RT 009/04 total sekitar 50 KK. Musa Nursaid menambkan warga RT 09 tidak memiliki surat Pajak Bumi Bangunan (PBB). "Saya semenjak jadi RW warga RT 009 tidak memiliki PBB," Pungkasnya
Mendekati waktu penggusuran anehnya pergantian Ketua RT terkesan dipaksakan tanpa koordinasi RW dan pegawai kelurahan.( Didi wj/AS )
Salah seorang korban penggusuran Suymin (68 ), nenek tua renta tersebut bingung karena telah menerima surat dari Satpol PP Jakarta Selatan. Dalam isi surat penggusuran itu warga diberi waktu selama tiga hari kedepan mengosongkan tempat tinggalnya.
" Kami diberi wakti selama 3 x 24 jam atau 3 hari semenjak surat tersebut kami terima. Surat penggusuran itu diberikan warga hari Kamis sore. Saya juga tinggal dimana nantinya dan masa depan anak saya giman ? ," Kata Suymin dengan nada sedih.
Sementara itu, warga memiliki surat-surat tanah berupa bukti pembayaran pajak dan memiliki kartu identitas (KTP) sebagai warga yang menempati tempat tinggal itu.
Suymin juga telah tinggal semenjak Tahun 1983, hingga memiliki empat orang anak. Dia juga belum mengetahui untuk dijadikan apa rumah mereka digusur.
Sementara menurut warga disekitar, penggusuran rumah dan bangunan belum ada upaya untuk merelokasi kepada warga yang akan digusur.
"Belum tahu akan ditempatkan di mana saya ?, kasian anak-anak mau testing sekolah," Keluh salah seorang pedagang kopi dilokasi.
Dalam kesempatan yang sama, Musa Nursaid (ketua RW 04) pernah memohon kepada Lurah, Camat dan Bagian bidang perumahan. Dia mengatakan kepada pewarta bahwa dari hasil pertemuan lalu warga akan direlokasi namun belum ada kesepakatan dan informasi jelas karena lahan yang akan dijanjikan hingga saat ini belum dibangun.
" Dulu pernah warga pernah dipanggil kekantor Lurah tetapi warga tidak semuanya datang. Dan pernah dijanjikan akan direlokasi diwilayah Jakarta Selatan.Namun belum dibangun sampai saat ini," Jelas Ketua RW 04 saat ditemui di rumahnya.
Jumlah warga Kartu Keluarga RT 009/04 total sekitar 50 KK. Musa Nursaid menambkan warga RT 09 tidak memiliki surat Pajak Bumi Bangunan (PBB). "Saya semenjak jadi RW warga RT 009 tidak memiliki PBB," Pungkasnya
Mendekati waktu penggusuran anehnya pergantian Ketua RT terkesan dipaksakan tanpa koordinasi RW dan pegawai kelurahan.( Didi wj/AS )