Sekolah Di Kota Depok Rawan Tawuran

Widget notif

Breaking news

Live
Loading...

Sekolah Di Kota Depok Rawan Tawuran

Friday, 18 December 2015

Sekolah Di Kota Depok Rawan Tawuran

Depok, Media Investigasi

Dalam rangka pemerataan pendidikan di sekolah, khususnya sekolah yang berada di Kota Depok. Kodim Kota Depok, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Depok menggelar acara yang bertema 'Ceramah Proxy War dan Bela Negara'yang dihadiri oleh 432 kepala sekolah baik itu dari kepala sekolah SD, SMP, SMA, SMK se Kota Depok pada Senin pekan lalu di ruang Serbaguna, Baleka Kota Depok.
Dalam acara tersebut Dandim 0508 (Komandan Distrik Militer) Kota Depok yaitu, Letkol. Inf. Santosa, Spd mengatakan kepada media ini bahwa perlunya menanamkan nilai-nilai kecintaan kepada bangsa dan tanah air, adalah hal yang paling penting. "Melalui apa? Melalui profesinya. Kalau dia pelajar, belajarlah yang baik dan tekun," ujar Santosa.
Ditambahkan juga oleh Santosa, bahwa semua mata pelajaran di sekolah bisa diimplikasikan menjadi bela negara, bukan hanya bela negara dilakukan secara fisik. Dan daerah Kota Depok tidak rawan. "Yang paling menonjol di sekolah-sekolah yang ada di Kota Depok itu hanya tawuran dan memang ini sering terjadi, kalau yang lain tidak," terang Santosa, yang juga berprofesi sebagai guru.
Menjawab pertanyaan dari media ini, tentang efek jera apa yang dapat diberikan agar siswa tidak terjadi tawuran. Santosa menerangkan, "menurut saya kalau ada efek jera harus ada hukuman fisik, yang paling penting pengawasan dan pengendalian. Bagaimana mengawasi dan mengendalikan siswa. Anak-anak sekarang ini semakin diberi efek jera dia semakin berani," kata Santosa.
Ditambahkan oleh Herry Pansila, selalu Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok, mengutarakan pendapatnya apakah pendidikan yang ada di Kota Depok bisa dibilang sudah mengalami kemajuan? Dari hasil pengamatan Herry, melihat pendidikan yang ada di Depok ini, ia belum merasa puas dengan yang sudah ada, karena harus banyak belajar dengan daerah lain. "Karena indikator kualitas kesuksesan itu tidak bisa diukur dengan satu parameter, tapi banyak multidimensi." Tandas Herry Pansila yang juga berprofesi sebagai Dosen (Karmila)