Kepala SMAN 1 Sekotong dan Kasubag TU, saling lempar tanggungjawab saat dipertanyakan penebangan pohon

Breaking news

Live
Loading...

Kepala SMAN 1 Sekotong dan Kasubag TU, saling lempar tanggungjawab saat dipertanyakan penebangan pohon

Friday 1 November 2019

Sebagai paru-paru sekolah disamping membuat suasana terasa sejuk juga menjadi bagian dari penataan halaman sekolah  yang selama ini dengan susah payah kami tanam dan rawat, tiba-tiba tanpa musyawarah, pohon tersebut ditebang.

LOBAR (MI) – Keluhan masyarakat, guru,  staf tata usaha, maupun siswa atas kepemimpinan Kepala SMAN 1 Sekotong selama ini menyebabkan SMAN 1 Sekotong miskin prestasi dan membuat berang warga sekolah, (1/11/2019).

Saat awak media berkunjung ke sekolah ini, sebelum bertemu kepala sekolah, beberapa orang yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada kami, “semangat kerjasama dan kekeluargaan yang sudah terbangun selama kepemimpinan kepala sekolah sebelumnya sudah buyar sama Kepala Sekolah yang baru ini, “Katanya. 

“Dia benar-benar tidak bisa memimpin,” lanjutnya. Hal yang sangat mengecewakan kami saat ini adalah kepala sekolah ini melakukan penebangan pohon di halaman sekolah yang semula oleh guru-guru yang telah lama bertugas disana dimaksudkan sebagai paru-paru sekolah disamping membuat suasana terasa sejuk juga menjadi bagian dari penataan halaman sekolah  yang selama ini dengan susah payah kami tanam dan rawat, tiba-tiba tanpa musyawarah, pohon tersebut ditebang, “ungkapnya. 

Kalau kepala sekolah ini diberikan masukan dia malah sering mengeluarkan pernyataan,”Saya bosan jadi Kepala Sekolah, lebih baik jadi guru, kalau jadi guru, selesai ngajar kita enak tidur, tidak capek mikirin sekolah” hal ini sering sekali diucapkan kepala sekolah ini, “imbuh beberapa sumber tersebut. 

Ketika awak media mempertanyakan tentang pembinaan dari pengawas maupun pihak dinas pendidikan dan kebudayaan NTB, “Pengawas binanya sering datang dan semua pejabat dinas sudah tahu sosok kepemimpinan kepala sekolah ini, tapi entah gimana kami tidak tahu alasannya mengapa Kepala sekolah seperti ini tetap dipertahankan, wallahua’lam pak, ‘ungkap mereka.

Ketika awak media menemuinya di ruang kerjanya guna melakukan konfirmasi tentang informasi yang kami terima, termasuk adanya penebangan pohon di halaman sekolah tersebut, (HS) Kepala SMAN 1 Sekotong ini tampak kurang beretika menerima kami. 

Kami awak media tidak dipersilahkan duduk dulu bahkan kami diajak berbicara sambil berdiri. Akhirnya awak media sempat mengeluarkan kata-kata sedikit keras padanya, “Duduk dulu dong caranya pak kita mau konfirmasi” ungkap awak salah satu awak media. 

Setelah awak media berkata seperti itu baru kami dipersilahkan duduk.

Kedatangan kami saat itu adalah ingin konfirmasi beberapa laporan masyarakat salah satu diantaranya adalah penebangan pohon pelindung di halaman SMAN 1 Sekotong yang dilakukan oleh kepala sekolah tanpa musyawarah dengan dewan guru yang memang sudah lama bertugas di tempat itu.

Penebangan pohon tersebut memang diakui kepala sekolah (HS), tapi baik Kepala Sekolah (HS) maupun Kasubag TU (S) sama-sama mengaku tidak tahu siapa yang menebang pohon tersebut.

Dipertanyakan terkait penebangan pohon di jalan maupun yang ada di sekolah dan lainnya kan harus dengan ijin Lingkungan Hidup atau setidaknya ijin Kepala Desa setempat? 

"Kami kan tidak tahu siapa yang nebang, saya baru tahu hari senin (14/10/2019), ” kata (HS) selaku Kepala SMAN 1 Sekotong. 

Jawaban yang sama juga diberikan (S) selaku Kasubag TU. Ketika awak media konfirmasi tentang pernyataan (HS) sering diungkapkan ke orang-orang bahwa dia bosan jadi kepala sekolah, dia juga mengakui hal tersebut. 

“Memang benar saya bosen jadi kepala sekolah, lebih baik jadi guru, selesai ngajar kita enak tidur tidak perlu mikir-mikir tentang sekolah lagi” katanya.

Selanjutnya, tidak puas dengan jawaban kedua pejabat penting di SMAN 1 Sekotong ini, dengan alasan mustahil mereka tidak tahu penebangan pohon di sekolahnya, maka kami awak media mencari informasi ke sumber yang lain.

Menurut sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu. “dia bohong itu, ga mungkin dia tidak tahu, pohon itu dijual ke orang dengan harga Rp 300.000,- Kepala sekolah itu yang nyuruh Kasubag TU untuk dijual dan Kasubag TU tersebut nyuruh salah seorang untuk mencari pembeli,” ungkap sumber tersebut. (KAM)